NEGERI SUMPAHAN

 


SEJARAH akan selalu memberikan banyak tanda tanya dan pelajaran dalam membuat kita untuk selalu mengungkapkannya sehingga sampai kepada hikmah dari kehidupan. Walau terkadang untuk membedakan mana fakta atau hanya sekedar cerita, dogeng atau hikayat adalah menjadi sangat sulit.

Sewaktu di tahun 1994, saat duduk semester 1 menjadi mahasiswa maka ada kawan yang mengatakan bahwa Laksamana Raja Dilaut adalah hanya sebuah dongeng sehingga waktu dia menyatakan seperti itu maka sebagai anak watan tentulah timbul rasa marah dan bermacam hujah disampaikan hingga tawaran ayo ke Bukit Batu. Bonusnya, semua makan dan biaya transpot ditanggung asal dia mau ke Bukit Batu. Sebab tulisan akademik bersifat ilmiah dalam kajian sejarah, antropologi dan lainnya secara serius masih sangat minim. Dan bukan pula tidak ada, tapi masing sangat minim. Semuanya, banyak bermain dalam minda dalam bentuk cerita dari mulut ke mulut. Akibatnya, begitu saksi sejarah yang banyak tahu tentang sejarah sebenarnya sudah tiada atau meninggal dunia maka muncullah akhirnya tambahan-tambahan cerita dari interprestasinya.

Itulah guna bukti fisik dengan adanya rumah datuk, Masjid Jamik Alhaq walau sudah tidak seperti sedia kala, makam datuk dan sejumlah peninggalan lainnya seperti keris, tombak dan lainnya. Adalah menjadi bukti yang bisa kita banggakan untuk diwariskan kepada anak cucu kita. Bahwa kita adalah bangsa besar yang terwariskan dari rekam jejak dari sejarah orang besar maka sebagai generasi pewaris kita juga harus melangkah dengan kepala tegak menghadapi tantangan global kedepannya.

Oleh sebab itu, sekecil apa pun fakta dari sebuah proses perjalanan sejarah adalah menjadi bahan hujahan dan bukti untuk membuktikan sejarah adalah bagian dari tali ruas sebelum sampai keujungnya. Sebab melihat sejarah tidak boleh sekalipun melihatnya dari kaca mata kita hari ini. Sejarah adalah sebuah proses yang bertali satu dengan nafas kehidupan manusia pada masanya. Ketika dulu sungai adalah jalan utama untuk merentas silaturhami, perdagangan sebelum sampai ke selat. Dimana sebagai jalan tol dan perdagangan antar pulau maka jangan melihat sungai seperti pada hari ini yaitu hanya sebatas tempat menjadi tempat hiling buat memancing diakhir pekan atau sekedar berfoto-foto saat matahari akan terbit dan terbenam. Dulu, sungai adalah nadi kehidupan dan semua strategi kekuasaan maritim tidak bisa dilepaskan dari sungai.

Bukit Batu adalah sebuah perkampungan juga diuntungkan secara geografis. Bermuara langsung ke Selat Bengkalis dan dilalui Sungai Bukit Batu sebagai jalur penghubung antar kampung. Sedangkan sebelah timurnya sebagian perkampungan berjejer berhadapan langsung dengan Selat Bengkalis dan Selat Melaka. Keuntungan inilah membuat perkampungan ini memiliki banyak cerita secara turun temurun yang terceritakan secara lisan tapi masih kurang dalam bentuk tulisan. Mulai dari cerita Ikan Terubuk, Putri Andam Dewi, Lancang Kuning yang katanya juga bermula dari kejadian di Bukit Batu, Tali Arus Sungai Wan, misteri cerita bukit yang bernama Bukit Batu, Sungai Bukit Batu dijaga Buaya Besar, Bukit Batu dijaga Harimau Bernama Tengkis dan Kumbang, Kampung Datuk bernama Teluk Belango dengan sejumlah cerita, Sungai Musuh, Kampung Kayu Gelam dan Sungai Wan sebagai tempat Kerajaan Bunian terbesar di pesisir Pulau Sumatera dan masih banyak lagi cerita-cerita lisan lainnya. Disamping kebesaran fakta sejarah Bukit Batu adalah sebagai pusat pemerintahan dan kemaritiman Datuk Laksamana Raja Dilaut sehingga dimasanya orang Bukit Batu paham dengan kapan Datuk Hilir Bergajah dan kapan Datuk Menjunjung Titah.



Datuk hilir bergajah dan Datuk Menjunjung titah adalah menjadi bagian penting dari bagaimana hubungan komunikasi politik antara Bukit Batu dan Kerajaan Siak Sri indrapura. Lebih penting lagi, Datuk Bandar Bengkalis kemudian dalam perjalanan sejarahnya lebih dikenal dengan keturunan bernama Laksamana Raja Dilaut Bukit Batu adalah duluan ada dibandingkan Kerajaan Siak Sriindrapura. Baru setelah Raja Kecil tidak lagi menjadi Raja di Johor Lingga maka menyampaikan maksud ingin membentuk Kerajaan Baru bernama Siak Sriindrapura dan itu didukung sepenuhnya oleh Datuk Bandar Bengkalis sehingga melahirkan sumpah setia keturunan Bandar Bengkalis hingga Kelaksamana Bukit Batu dan Siak Sriindrapura.

Tapi dibalik semua itu, tentulah negeri bernama Bukit Batu punya sejarah masa lalu yang hingga kini pun masih dalam sebatas cerita-cerita diwariskan secara turun temurun. Dan tidaklah mungkin, meletakkan sebuah tempat untuk dijadikan sebagai pusat pemerintah dan kekuasan tanpa memiliki petunjuk bahwa tempat ini dulunya juga punya sejarah yang besar. Atau paling tidak, tanah ini bagus untuk dijadikan sebagai pusat pemerintahan. Begitu pula dengan Negeri bernama Bukit Batu, sejumlah tanda tanya juga muncul. Siapa memberinamanya? Apakah Bukit Batu baru ada sejak Kelaksamaan Raja Dilaut memindahkan dari Pulau Bengkalis ke Pulau Sumatera dan tepatnya di Bukit Batu? Atau Bukit Batu sudah ada dengan penduduk aslinya yang hingga kini kita juga tidak tahu siapa? Bisa jadi Suku Sakai atau ada suku lainnya. Bisa jadi juga Suku Rempang sebelum akhirnya bertempat tinggal di Pulau Rupat dan ketika masuk Suku Akit di Pulau Rupat maka Suku Rempang menitipkan Pulau Rupat kepadanya untuk dijaga sesuai izin Sultan dan berkonsultasi dengan Datuk Laksamana.

Atau nama Bukit Batu awalnya seperti diceritakan dalam Hikayat Malin Dewa yaitu Kuala Air Batu sebagai pusat pemerintahan dari ayahnda Putri Andam Dewi yang hancur diserang oleh Burung Garuda hingga Burung Garuda bisa dbunuh oleh Raja Sakti bernama Malin Dewa. Kuala air batu adalah sebuah negeri yang berada diatas air. (2016:24)

Jawaban dari sejumlah pertanyaan inilah sehingga membuat penulis memberanikan diri untuk merangkai cerita dari orang tua-tua tentang Bukit Batu semoga bisa menambah wawasan dan bermanfaat. Walaupun apa yang penulis tulis ini masih perlu ditelaah dan perlu untuk dikaji semoga jawaban dari sejumlah pertanyaan itu mampu dijawab satu persatu dikemudian hari. Satu hal yang paling penting bagi penulis adalah asal jangan ada lagi yang mengatakan bahwa Kebesaran Kelaksamana Raja Dilaut Bukit Batu adalah sebuah dogeng atau hikayat. Tapi soal kisah Putri Andam Dewi dan Sumpahan Malin Dewa bisa jadi adalah sebuah hikayat tersebab di cerita secara bertutur dan diwariskan secara turun temurun. Walaupun terkadang secara bukti bisa punya persamaan dengan apa dikisahkan dalam Hikayat Malin Dewa. Pengalaman saat melakukan napak tilas bersama sejumlah penulis dari sejumlah media nasional dan daerah diawal-awal tahun 2000 ke Tasik Serai maka warga yang tinggal di Tasik Serai dan Serai Wangi bercerita bahwa tasik ini terbentuk dari hempasan jatuhnya burung garuda yang dibunuh oleh seorang raja sakti bernama Malin Dewa. Sedangkan Tasik Serai itu sendiri luasnya sejauh mata memandang dan berada diatas Desa Bukit Batu. Sebab diatas Negeri Bernama Bukit Batu, ada sejumlah tasik yang hari ini bernama Kawasan Gambut Konservasi Giam Siak Kecil-Bukit Batu. Ada Tasik Kemenyan, Tasik Bungsu, Tasik Serai dan lainnya. Semoga kita mampu dan fasih melihat sejarah masa lalu dan tidak dari sisi kaca mata kita pada hari ini. ***

Dumai, 25 Desember 2023

 

Penulis: Dawami, Dosen IAITF Dumai dan STIE Syariah Bengkalis, Pegiat Lingkar Pojok Literasi, Sanggar Suara Tepian Melaka, Jurnalis Senior Wartawan Utama.

0 Response to "NEGERI SUMPAHAN"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel