BERMULA NAMA



TIDAK  ada satu catatan pun yang menerangkan kapan dan siapa memberi nama Kampung Bukit Batu. Yang kami tahu di Kampung Bukit Batu tidak ada bukit, apalagi gunung, lembah, ngarai. Tapi yang kami tahu bahwa kampung kami, Bukit Batu ada sebuah bukit kecil selalu kami sebut dengan busut gamar. Selalu muncul, di malam dan pagi hari sehingga menyebabkan tanah menjadi turun dan kalau tidak rajin memecahkan untuk diratakan akan menganggu orang lewat. Tingginya, tidak lebih dari 10-15 Cm dan kalau kita rajin maka dari busut gamar ini akan muncul binatang seperti udang yang kami sebut dengan rama-rama. Bagi yang suka, boleh di makan dan kalau coba dagingnya memang tak jauh rasanya sama seperti udang.

Kampung Bukit Batu berada membentang di muara sebuah sungai yang hari ini bernama Sungai Bukit Batu dan berhadapan langsung pada sebuah selat yaitu bernama Selat Bengkalis dan menjadi lalu lalang menuju Sungai Siak. Sedangkan hilir atau ujung dari Sungai Bukit Batu menuju ke kawasan hari ini bernama Kawasan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu membentang ribuan kilometer luasnya hingga ke Tasik Serai dan Serai Wangi, Kecamatan Mandau, Bathin Selapan dan Kecamatan Pinggir. Sebelah timurnya, menghala ke Tanjung Jati maka merupakan pertemuan antara Selat Bengkalis, Selat Rupat dan Selat Melaka.

Dari banyak cerita masa kecil, dimana orang tua, nenek, mbah, atuk selalu bercerita dari mulut ke mulut bahwa Kampung Bukit Batu terbentuk dari sebuah sumpahan orang sakti, bernama Malin Dewa, Salah satu satu bunyi sumpahannya adalah hilir menjadi hulu dan hulu menjadi hilir. Maka jangan heran, kalau dari nama maka Kampung Bukit Batu agak sedikit berbeda dengan nama kampung-kampung lainnya disekitarnya. Sebab menurut cerita, Bukit Batu asal mulanya berada di kawasan Bukit Pelintung, Selingsing dan bersebelahan dengan Bukit Seludung. Dan hanya di daerah sinilah, nama wilayahnya sesuai dengan nama tipologi tempatnya yang berbukit. Ini terjadi, akibat sumpahan raja sakti bernama Malin Dewa, maharaja Kerajaan Kuala Bandar Muar (2016: 1) maka Kampung Bukit Batu berpindahlah menjadi Bukit Batu sekarang ini.

Konon, banyak juga cerita menyertai nama Kampung Bukit Batu dan hanya akan bisa nampak dimana bukit berbatu yang menjadi nama Bukit Batu itu berada pada saat kita tersesat ketika di hutan maka Bukit yang Berbatu (Bukit Batu’Red) akan menunjukkan arah dimana jalan harus dipilih sehingga bisa sampai ke jalan yang benar menuju kampung. Dan orang tua kami selalu mewanti-wanti, kalau terjadi dengan kita akan hal itu maka jangan ambil satu apa pun dari apa yang ada di bukit yang berbatu kita temui itu untuk dibawa pulang. Kalau ini yang terjadi maka kita tidak akan pernah pulang untuk selamanya. Baik emas, manikam, perak apapunlah yang menarik hati kita untuk membuat kita ingin mengambilnya maka  akibatnya kita tidak akan pernah pulang lagi ke kampung. Orang tua-tua Bukit Batu selalu mengingatkan hal tersebut kepada orang baru datang punya pekerjaan apakah mengebor minyak, membuka lahan atau menangkap ikan atau pekerjaan lainnya untuk selalu mematuhi apa yang menjadi pantang dan larang ketika memasuki hutan Bukit Batu atau  kawasan hutan bakau pantai Bukit Batu.

Tersebab tercucuk duri nipah pada saat akan mengambil air wuduk Shalat Magrib maka Raja Sakti Maharaja Kerajaan Bandar Kuala Muar bernama Malin Dewa atau nama kecilnya Tuanku Gombang Malin Permata dengan nama masyhurnya bergelar Tuanku Gombang Malin Dewa merupakan anak dari Tuanku Raja Muda Ulama dan beribukan permaisuri Tuan Putri Madu Rakna menyumpah kampung ini. Walaupun cuma sebatas cerita yang diceritakan secara turun temurun tapi orang Bukit Batu tetap meyakini hal tersebut. Dalam proses berjalannya sang waktu maka Kampung Bertabik bernama Bukit Batu dinilai sangat strategis untuk dijadikan sebagai pusat pemerintahan. Selanjutnya, Bandar Bengkalis dari Pulau Bengkalis oleh Keturunan Datuk Bandar Encik Mas dan Daeng Tuagek maka Datuk Bandar Ibrahim sebagai datuk awal bergelar Datuk Laksamana Raja Dilaut memindahkan pusat pemerintahan di Kampung Bukit Batu yang berada di daratan Pulau Sumatera.

Dalam buku Hikayat Malin Dewa (2016:34) disebutkan ada sebuah negeri memiliki negeri yang elok, damai, tenang, diatas air dan memilik seorang tuan putri terlalu amat cantik sehingga tidak ada tolak banding rupanya. Tuan putri itu bernama Tuan Putri Andam Dewi.  Raja  dan pemaisuri terlalu amat sayang kepada anaknda sehingga membuat mahligai dengan batu yang sangat indah, buah-buahan, kolam ditaruk pula ikan mas dan udang. Di halaman balai ada sebuah pohon nagasari terlalu aman rimbun dahannya, negeri itu bernama Kuala Air Batu berada di Pulau Perca.  

Walaupun tidak mensepadankan dengan apa yang diceritakan dalam buku Hikayat Malin Dewa tersebut, tapi Bukit Batu hari ini adalah sebuah kawasan yang berada diatas air. Artinya, Bukit Batu secara tipologi demografis dan struktur tanahnya seperti berada diatas pulau delta. Pasalnya, kalaulah orang pergi ke hutan maka tidak akan hanya menemukan pohon atau beda hutan akan tetapi yang ditemukan juga adalah buah-buah rawa seperti buah tembatu yang tertanam di dalam tanah. Atau adakah nama Kuala Air Batu sebagaimana dikisahkan dalam buku Hikayat Malin Dewa ini menjadi nama asli dari Desa Bukit Batu. Dari hal ini akan memunculkan sejumlah pertanyaan siapa memberi nama Bukit Batu, siapa yang membuka daerah ini pertama kalinya. 

Bagi kami orang Bukit Batu, nama Putri Andam Dewi terlalu aman dekat sehingga ada sebuah SMP Swasta yang sekarang sudah menjadi SMPN 6 Bukit Batu, dulunya bernama SMP Swasta Andam Dewi sebagai bukti nama ini sudah menyatu dengan orang Bukit Batu. Keyakinan juga muncul nama mak andam dan keahlian dalam membuat kerajinan tangan Tekat Benang Mas serta Tenun Lejo adalah bagian dari warisan keahlian diturunkan secara turun-temurun dengan asal muasal dari Putri Andam Dewi. 

Adakah Kuala Air Batu sebagai tempat tinggal Putri Andam Dewi dalam cerita yang diceritakan dalam buku Hikayat Malin Dewa adalah Muara Sungai Bukit Batu yang ada sekarang ini dalam proses ruang dan waktu terus berjalan, antara rasionalitas dan sebatas cerita yang diceritakan secara turun temurun. Tapi keyakinan itu, menyatu menjadi satu sebagai satu kekuatan dalam menyertai perjalanan ruang dan waktu tadi bagi kami anak-anak terlahir dari rahim tanah Bukit Batu. Dari sejak saya kecil hingga hari nama tempat penduduk tinggal di muara Sungai Bukit Batu dengan macam-macam nama. Dari macam nama itu maka ada dua nama yang selalu disebut yaitu Muara Laut Bukit Batu dan Bukit Batu Laut.

Oleh sebab itu, nama kampung Bukit Batu tidak hanya sekedar sebuah nama. Tapi Kampung Bukit Batu adalah sebuah kampung yang memiliki sejumlah khazanah sejarah, rahasia dari sebuah perjalan peradaban Selat Bengkalis, Selat Rupat dan Selat Melaka. Apalagi menilik Sungai Bukit Batu yang juga biasa jadi ruas bagi jalur perdagangan lintas orang Sakai untuk memasarkan hasil pertaniannya ke negeri Seberang yaitu Pulau Bengkalis sebagai pusat kemaritiman pada masa itu.  Selain itu, di muara laut Sungai Bukit Batu atau hari ini bernama Dusun Bukit Batu Laut maka adalah sebuah tempat bermukim penduduk yang terwariskan secara turun temurun. Dalam sebuah kisah cerita orang tua-tua zaman dahulu maka antara Pulau Bengkalis dan Kampung Muara Laut Bukit Batu konon sangat dekat sekali dan saling bisa memanggil satu sama lainnya. 

Wallahualam ***

Penulis : Dawami, Dosen IAITF Dumai/STIE Syariah Bengkalis, Pegiat Lingkar Pojok Literasi, Jurnalis Senior Wartawan Utama


0 Response to "BERMULA NAMA"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel