MimpiKU di Kampus Sang Pemimpin

DESEMBER pagi, diakhir tahun 2022, tepatnya tanggal 17 yang terlihat adalah wajah senang, bahagia dan sumringah. Keluarga pun dengan penuh suka cita, berpakaian serba bahagia menjadi petanda sebuah estapet kemenangan. Jang, Ipul,  Amel, Dawiyah dan Danti membalut rasa suka cita dengan terus tersenyum.


"Macam mimpi, Om," itu kalimat pertama yang keluar dari mulut Jang, sang wisudawan yang ikut bahagia tanpa didampingi orang tua atau saudara. Tak tahulah, sang pacar tapi seperrtinya  juga tidak.

"Tetap semangat, om. Yang penting habis ini kerja dan jadi manager, Pertamina"  kalimat motivasi selalu terdengar dari mulutnya sambil ketawa dan bercanda.

Jang, begitu panggilan gantengnya di Kampus, dia sadar. Hari ini, mencari pekerjaan bukanlah sesuatu yang mudah. Apalagi kalau tidak ada skill, koneksi dan jaringan . Tapi ia juga sadar, tidak ada kata tidak mungkin. Kata orang tua-tua selalu mengatakan dimana tuah ayam nampak ditaji. Tapi tuah manusia siapa yang tahu.

Pagi lagi, Jang sudah sampai di salah satu hotel berbintang di Kota Dumai, dimana tempat akan berlangsungnya acara wisuda. Berpakaian kebesaran wisudawan dengan toga di kepala, tinggal dipindahkan dari kiri ke kanan  oleh Rektor maka secara sah sudah menyandang alumni dan bergelar penuh sarjana S1 dari kampus sang pemimpin.

Kampus sang pemimpin, itulah branding selalu diperkenalkan dan dikenal kepada masyarakat maka tak salah setiap tahun sejumlah lulusan SMA/MA/SMK selalu menjadikan kampus ini pilihan untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi. Tersebab dari kampus inilah banyak melahirkan para pemimpin mengisi sejumlah jabatan di kota dimana kampus itu berada.

Lebih-lebih sekarang, kampus yang bermula dari Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) dan kini telah naik status menjadi Institut Agama Islam Tafaqquh Fiddin (IAITF) Dumai sejak tahun 2014 terus melahiran para pemimpin buat kebaikan di dunia dan di akhirat.

Slogan yang juga selalu disampaikan saat awal kami masuk kampus adalah biar salah masuk tapi jangan salah keluar.

"Tapi sekarang tak lagi. Jangan salah masuk dan jangan salah keluar," ingat Amel , pemuncak wisuda terbayang saat awal masa perkenalan mahasiswa baru. Dan sekarang, tersemat sebagai pemuncak didampingi ibu dan ayah tercinta.

Terlihat jelas genangan air mata berkaca-kaca tak tersembunyikan sebagai bentuk rasa suka cita. Berkah, ikut membahagiakan orang tua dan menyatakan dengan rasa tanggungjawab.

"Mak dan bapak, amel sudah sarjana. Terima kasih doa, dukungan dan keberkahannya," itulah yang terucap dari wanita cantik,  cerdas,  cekatan, semampai dengan senyum khas yang ayu.

Apa yang disampaikan Rektor dan Ketua Yayasan ada benarnya dalam memperkuat identitas keislaman, intelektual, kemandirian dalam membangun budaya kampus terunggul di kawasan pesisir Selat Melaka.

                      ***

‘’Kami sudah wisuda, pak,’ terbayang oleh Ku, bagaimana wajahnya, saat mulai dari menyusun proposal, ujian proposal, KKN, PPL, stor ayat hingga ujian skripsi yang pada akhirnya hingga detik-detik mau mendaftar mengikuti wisuda.

Dengan penuh jerih payah, perjuangan yang tak pernah henti hingga harus dicemeeh kawan-kawan. Tapi dia tetap maju dan sempat juga harus memberikan keyakinan kepada yayasan dan rektor. Buktinya, pagi ini, wajah bahagia dan cinta muncul dari raut paling dalamnya didampingi kedua orangnya itu salah seorang wisudawan bernama Ipul.

"Kampus ini, terlalu bermakna melahirkan banyak cinta dalam perjuangam selama kuliah, ... ," sambil menyembunyikan sesuatu yang tak mampu diteruskan olehnya. Hanya, Ipul lah yang tahu. Makna dari banyak cinta  itu yang sesungguhnya.

Sebagai kampus yang telah.membranding sebagai kampus sang pemimpin, kampus moderasi, kampus kebahagian, kampus hijau, kampus agama maka semuanya terus berjalan dalam keberkahan.


"Man Yuridillahu Bihi Khairan Yufaqqihhu Fiddin artinya barangsiapa yang dikehendaki Allah kebaikan padanya, Allah akan memberikan pemahaman di hatinya terhadap agama. ( HR Bukhori- Muslim ).

" Yang tahu ilmu agama ini banyak tapi yang paham agama hanya sedikit,"  itulah pesan-pesan selalu disampaikan baik dalam diskusi ringan,  workshop, seminar nasional dan seminar internasional digelar.

Bagi Rektor dan Ketua Yayasan menanamkan identitas kultural yang kuat dengan terus membangun komunikasi ilahiah dari masa lalu adalah bisa dijadikan sebagai jalan keberkahan untuk menuju berkomunikasi dimasa akan datang. Hari ini ada karena adanya masa lalu, dan masa akan datang ada, disebabkan adanya  hari ini.

Bagi Dawiyah dan Danti, sama berwisuda tapi dari prodi berbeda yaitu Ekonomi Syatiah dan Pendidikan Agama Islam. Tapi mereka memiliki satu nafas perjuangan yaitu setelah menyandang gelar S.Pd dan SE memberi yang terbaik buat umat.

"Berilah dan jadilah pelita ditengah masyarakat.  Jadilah terus menghidupkan pelita. Dan andaikan pelita mati maka jangan marah marah dengan kegelapan tapi carilah jalan untuk menghidupkan pelita,"  kata-kata kebijaksana dan sufistik inilah bentuk kata pencerahan tersampaikan dari kata bijak ketua yayasan dan pak Rektor.

Disampaikan, tak hanya dalam acara resmi akademik tapi dalam diskusi santai di Kantin KOCEK IAITF juga selalu disampaikan kepada dosen, mahasiswa, tokoh dan  warga yang minta pencerahan darinya.

Rasa cinta dan ras berat menyandang alumni kini tersandang.  Di kepala yang ada adalah bagaimana mencari kerja, tapi sebenarnya tak semua yang kini diwisuda baru mau mencari kerja. Hampir sebagian mahasiswa kini telah memiliki pekerjaan sambil kuliah. Ada yang menjadi guru TK, SD, SMP,  SMA atau TU. Dan tidak terkecuali ada juga bekerja di perusahaan dan instansi pemerintahan baik honor atau berstatus PNS dan karyawan.

Bagi yang belum bekerja dan baru mau mencari kerja maka inilah estafet berat mengenal dan mencari dunia dari realita yang selalu disampaikan para dosen. "Kompetensi dari pengetahuan dan keterampilan serta jaringan adalah menjadi titik awal menyatakan sukses sebagai alumni,"  ungkap Danti, setelah selesai wisuda melalui jaringan kakaknya mengajar di salah satu SMAN.

Bagi kampus ini, apapun profesi dan jatuh pilihan pekerjaan setelah selesai yang penting bagi alumninya untuk menjati dirikan "Man Yuridillahu Bihi Khairan Yufaqqihhu Fiddin," Sebagaimana kampus ini selalu memberi keteduhan, hijau, rindang dengan sahut cicit ceria burung riang gembira menyanyi beban kesana kemari mencari dan mengais. Alam kampus sang pemimpin ini terlalu indah untuk dikatakan selamat berpisah tanpa ikatan.  Tersebab rasa cinta itulah menggikat hati-hati alumni untuk selalu memiliki rasa bersama dalam ikatan kata cinta itu sendiri. ***

Penulis : Dawami, Dosen IAITF Dumai


2 Responses to "MimpiKU di Kampus Sang Pemimpin"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel