Alohong Nama “Mengerunkan” (2)

 

SEJAK mahasiswa  IAITF Dumai  Ber-KKN  selama 40 hari  di Pulau Rupat dari sesuatu yang biasanya menikmati jalan-jalan, leteh dan bekasnya update status foto di facebook, instagram, twitter setelah itu pulang dan hasilnya tentulah biasa-biasa saja

Tapi sejak tujuannya datang ke Pulau Rupat untuk  menjalankan Tridarma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat maka hal baru pun di dapat dari sesuatu yang tadinya bernila biasa-biasa saja menjadi bernilaii akademik.

Dari banyak rahasia pengetahuan terpendam di pulau ini maka harus digali, diteliti, dianalisis sesuai bidang keilmuan masing-masing. Paling tidak ada  tiga point dari banyak  point yang ada dan di dapat.

Point pertama, pulau yang konon terdiri dari beberapa pulau kecil yang dalam proses geologi  ribuan tahun merapat dan membentuk sebuah pulau bernama Pulau Rupat tidak pernah di takluk Protugis, Inggris dan Belanda dimana pasir putih pantainya bernilai ekonomis tinggi dan masih dikaji kandungan SDA bebatuan juga bernilai mahal. Inilah pulau yang mardeka dari penjajah pencari rempah-rempah.

Point kedua,  ada Bandar Makeruh sebagai tempat para habaib dan diperkirakan jadi pintu awal masuk Islam di pulau ini dan sekitarnya. Dalam sepotong cerita, Sunan Gunung Jati juga pernah singgah di Bandar Makeruh yang kebenarannya menjadi bagian dari.pengetahuan yang harus diteliti dan dikaji.

Point ketiga,  lebih hebat lagi, dari pulau ini ada generasi pemberani penjalan amanah turun temurun  dari Sultan Siak Sri Indrapura dari rahim zuriat  Suku Akit bernama Alohong.

Alohong itulah nama besarnya. Dari banyak arti dan pengertian hasil berselancar di Google maka ada banyak artinya. Kalau dalam bahasa sunda berarti nakal,, kalau dalam bahasa melayu berkonotasi lorong atau dalam.

Menariknya lagi, walau cuma pembeda hurup a yaitu Alohong dan Lohong maka semua daerah bernama Lohong pernah masyhur dan semuanya berada di daerah pesisir pantai pulau. Sebut saja Lohong di Pariaman, Lohong di Bandung, Lohong di Kalimantan, Lohong dinegeri semenanjung, Lohong di Thailand, Taiwan dan China semuanya merupakan daerah pelabuhan dan sekarang diabadikan menjadi nama daerah.

Bagaimana dengan Alohong sebuah dusun, jalan dan nama pantai nan Indah di Desa Sungai Cinggam, Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis, Riau, Indonesia adalah selimut besar dari riak loncatan sejarah peradaban bernama Selat Melaka dan Pulau Rupat. Dimana kesimpulan awal yang didapat dari bincang dengan masyarakat maka yang tersirat adalah menggerunkan. Setiap kali mau diajak bercerita dan penulis lakukan  penggalian informasi tentang Alohong maka tersirat rasa gerun atau seperrinya akan ada teror, ancaman atau sejenisnya atau sesuatu yang tabu untuk diceritakan.

Padahal, sosok generasi pemberani zuriat  menjalankan amanah sultan secara turun temurun Suku Akit ini sudah  ratusan tahun lalu tiada. Makamnya dikebumikan di tanah Alohong disebuah tempat pemakamam umum tua yang disana juga dimakamkan para habaib dari Bandar Makeruh dan tak jauh dari tanjung juga tempat asyik mancing dan berteduh dari dahsyatnya gelombang musim utara bernama Kuku Burung.

Namanya besar memang dan sudah diabadikan di nama jalan, dusun dan nama pantai di Desa Sungai Cingam, Kecamatan Rupat.  Nama jalan bernama Jalan Alohong, nama perkampungan diberi nama Dusun Alohong dan nama sebuah pantai yang indah pasir putihnya membentang dari Kuala Selat Morong hingga berbatasan Bandar Makeruh diberi nama Pantai Alohong. Dan dikarenakan namanya juga maka pantai ini dibagi dua menjadi Pantai Ketapang dan Pantai Alohong.

Dizamannya,  jangankan  berlawan tanding maka mendengar namanya saja orang sudah  tak kuasa untuk singgah di sebuah pulau pancang terdepan membelah Selat Melaka bernama Pulau Rupat. Bermacam nama pun tersemat padanya  (Alohong’Red) ada menyembut bajak laut, perampok, lanun dan penjahat laut. Tapi bagi masyarakat terutama dari zuriat turun temurun Suku Akit maka inilah generasi pemberani menjalankan amanah Sultan Siak Sri Indrapura yaitu menjaga, merawat, melestarikan dan terwariskan dengan baik pada generasi seterusnya pada Pulau Rupat dan itulah Alohong. ****

Rimbamelintang, 10/9/22 pukul 05.30 WIB

Penulis: Dawami S.Sos M.I.Kom, Dosen IAITF Dumai,  Pegiat Lingkar Pojok Literasi dan Jurnalis Senior Wartawan Utama.

0 Response to "Alohong Nama “Mengerunkan” (2)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel