Kurikulum Pendidikan Agama Islam Pertama di Belanda
KURIKULUM Pendidikan Agama Islam
(PAI) baru diterapkan di Negeri Sekuler Belanda pada awal tahun 2007, tepatnya
di Sekolah Soeffah di Amsterdam. Sedangkan inisiatif pendirian sekolah Islam
pertama kali sudah dilakukan pada tahun 1980, namun baru pada tahun 1988 dua
sekolah dasar Islam pertama dibuka. Kurikulum PAI pertama pada tahun 2007 ini, penerapan
mengunakan metode pembelajaran diciptakan oleh Foundation for Teaching Methods
(SLO) dan Board Islamic Schools Organization (ISBO) sebuah organisasi yang
menaungi 42 sekolah Islam di Belanda. Pada metode ini, menekankan pendekatan
interdisipliner dan kontekstual dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
di Belanda. Pendekatan ini tidak hanya mengajarkan ajaran Islam, tetapi juga
mengintegrasikan nilai-nilai toleransi dan inklusivitas sesuai dengan konteks
sekuler negara (Den Heijer, 2019). Menurut Mikhael (2023), kerjasama antara
sekolah-sekolah Islam dan komunitas lokal menjadi kunci dalam pengembangan
kurikulum yang relevan dan inklusif. Dalam buku Islamic Education in Europe,
dijelaskan bahwa kurikulum ini juga mendorong dialog antaragama untuk
memperkuat pemahaman lintas budaya.
Pentingnya kehadiran kurikulum PAI
di sekolah-sekolah Islam di Belanda berawal dari kekhawatiran orang tua Muslim
pada 1980-an terkait pendidikan umum yang tidak memenuhi kebutuhan agama
anak-anak mereka. Kurangnya pengajaran Islam, peraturan yang tidak
memperbolehkan praktik agama di sekolah, serta ketidakpuasan terhadap paparan
nilai-nilai sekuler di kelas biologi mendorong munculnya sekolah Islam. Tujuan
utama dari sekolah-sekolah ini adalah untuk memperkuat identitas keagamaan
siswa dan meningkatkan prestasi akademik mereka (Den Heijer, 2019). Pemerintah Belanda
secara bertahap menjadi lebih akomodatif terhadap pendidikan Islam, terutama
dengan tujuan untuk memberantas kesenjangan pendidikan bagi anak-anak Muslim
dan mengakomodasi kebutuhan identitas keagamaan mereka dalam sistem pendidikan
nasional yang semakin pluralis.
Apalagi sesuai data dari Amsterdam
pada tahun 2006 terdapat 101.592 anak usia empat hingga 17 tahun Muslim. Dari
jumlah ini, sebanyak 18.128 adalah anak keturunan Maroko dan 9.819 anak, keturunan
Turki. Sesuai data juga maka di tahun 2002 di Amsterdam tercatat memiliki 190
sekolah dasar, delapan diantaranya sekolah dasar Islam. Sedangkan dari 66
sekolah menengah (Setara SMP hingga SMA) maka satu diantaranya adalah sekolah
menengah Islam yakni Islamic College of Amsterdam (Islamitisch College
Amsterdam/ICA). Pada tahun 2019 terdapat
52 SD Islam (dengan jumlah siswa sekitar 12.500 orang) dari 17 juta penduduk
Belanda menganut agama Islam. Jumlah penduduk Muslim di Belanda dari tahun ke tahun
terus mengalam peningkatan pada tahun 2023 berjumlah 17,811,291, tahun 2022
berjumlah 17,590,672, tahun 2021 berjumlah 17,475,415, tahun 2020 berjumlah
17,407,585 dan tahun 2019 berjumlah 17,282,163, (Statista,2024)
Dibanding banyak kota besar lain di dunia, Amsterdam termasuk yang aktif menyusun pedoman agama bagi kaum pendatang. Sikap aktif itu terlihat dari upaya The Vriji Universiteit Amsterdam atau Amsterdam’s Free University yang memelopori pendidikan keislaman dengan membuka pelatihan keagamaan yang akan menjadi cikal-bakal didirikannya sekolah para imam. Untuk perguruan tinggi, ada Universitas yang didanai swasta Universitas Islam Rotterdam (IUR) dan Universitas Islam Eropa di Schiedam serta beberapa lembaga pelatihan kecil. Ada juga empat tahun program pelatihan di Fakultas Pendidikan Amsterdam untuk melatih para guru untuk sekolah menengah. Hanya saja memang, sekolah-sekolah Islam di Belanda berada di bawah pengawasan yang ketat dari Inspektorat Pendidikan (Onderwijsinspectie), yang memastikan bahwa kurikulum yang diajarkan, termasuk PAI, sesuai dengan standar nasional (Den Heijer, 2019). ***
Penulis: Dawami, Mahasiswa Pascasarjana Doktoral UIN Suska Riau.
0 Response to " Kurikulum Pendidikan Agama Islam Pertama di Belanda"
Posting Komentar