LANGIT MELAKA (SEBUAH NOVEL PERJALANAN)






WAJAHNYA hanya menunduk,  linangan air mata seperti tidak mampu menahan sedih. Tapi ia berusaha tetap melayani kami bersalam satu persatu. 

Sampai pada giliranKu, kucium tangannya sebagai mana hormat dan kasihnya aku kepada bapakKu. Sebab bila melihat wajahnya, terasa dekat dan teringat dengan wajah ayah yang juga menghabiskan waktu tuanya mengurus masjid.

Wajah yang tak muda lagi dihadapanku

Ia berusaha menahan sesuatu, sebenar pahit baginya melihat hari ini kami harus berpisah dan melanjutkan perjalanan pengabdian tridarma perguruan tinggi dalam Kuliah Kerja Nyata (KKN) ke Kawasan Falak Al-khwarijmi, Tanjung Bidara, Melaka.

Bak kata pepatah, bukan perpisahan disesali sesali tapi pertemuanlah yang disesali. Delapan hari sudah berlalu kami di Masjid Kampung Hulu, Melaka menjalankan KKN Internasional. Bagi kami, Tok Nuje dengan nama aslinya Ibrahim bin Muhammad adalah orang paling dekat dengan kami. 

Memperhatikan, mengarahkan dan mendampingi kami selama disini. Ada juga Tok Imam Syafiq, Imam Zawawi, dan Tok Bilal Ahmad Rifai. Selain juga ada Syukri dan mbak hotel Cara Hulu selalu sabar melayani dan mengikuti endah tingkah mahasiswa kami lebih kurang 36 orang. 

Kadang ketawa, bergurau dan bercanda seperti di rumah atau di kampusnya. "Biarlah pak, yang penting mereka senang," itulah ucapan keluar dari mulut mbak, ketika saya minta maaf kelaku dan tingkah mereka. 

Dan terkadang hingga bertanya berapa ramai penginap hotel lainnya selain rombongan  kami di hotel. Tujuannya memudahkan dalam mengarahkan mereka untuk bercanda dan bergurau dengan batas yang juga menghormati pengunjung hotel lainnya. "Alhamdulilah mereka mengerti batasnya,""

Pagi ini, kami akan tinggalkan kenangan selama 8 hari di masjid Kampung Hulu, Hotel Cara Hulu dan Sungai Melaka tempat menikmati sore dan malam kala bersantai lagi tidak ada kegiatan. Walaupun cuma berjalan kaki menelusuri Sungai Melaka dengan warna warna lampu tak kala malam hari dan tempat berlepas tak kala sore dan malam hari. Belum lagi, bila berkesempatan bisa mencoba untuk naik speadbord penumpang mengitari Sungai Melaka.

"Tok, maafkan kami selama disini ye., tok. Ada kelaku, adab dan sopan satun tak kene pada tempatnya. Baik bagi jamaah atau AJK Masjid Kampung Hulu,"  itulah ucapan mewakili yang lain dan sebagai dosen dipercaya membinbing mahasiswa selama berada di Masjid Kampung Hulu.

"Taklah, elok- elok semuenye. Esok datang lagi, ye,"  dengan rasa haru dan linangan air mata tak mampu disembunyikannya, tapi sebagai orang tua dan lelaki pastilah ia mampu menyembuyikan rasa itu dengan kuat. Sekuat bagaimana ia menjalankan tugasnya sebagai Nuje di Masjid Kampung Hulu Melaka sedari umur 19 tahun dan kini sudah berumur 87 tahun. 

Sebelum kami menaikkan bus maka kami berfoto bersama buat kenangan setelah semua tas, peralatan satu persatu dimasukkan ke dalam bus yang akan menemani perjalanan kami hari ini dengan tujuan agenda akhirnya adalah komplek Alkhawarijmi, Tanjung Bidara, Kota Melaka. Sebelum foto bersama dilakukan, kami juga menyerahkan tanda kenangan kepada pihak Hotel Cara Hulu dan Pengurus Masjid Kampung Hulu diterima langsung Tuk Nuje dilakukan di depan hotel disaksikan para mahasiswa. "Haru juga, ya pak," demikian suara kudengar dari salah seorang mahasiswa.

Usai berfoto dan bersalaman kami pun memasuki bus yang sudah menunggu dari pukul 06.30. Perjalanan selanjutnya adalah mengikuti bhacmarking serta worskhop wakaf dengan Dewan Pengusaha Melayu Malaysia pada sebelah petang 04.00 dilanjutkan dengan jamuan makan bersama.  Tapi untuk pagi ini, setelah dari Masjid Kampung Hulu maka kami akan mencari tempat sarapan pagi, setelah itu dilanjutkan dengan  singgah di pusat perbelanjaan oleh-oleh terbesar di Melaka. Mydin dan baru dilanjutkan perjalanan ke pertemuan dengan Dewan Perniagaan Melayu Malaysia. Baru setelah itu, sesuai scedul malamnya kami menuju ke penginapan di Tanjung Bidara yang katanya lokasi berada dibikin Selat Melaka. 

Dalam bus, terlihat wajah lelah mahasiswa tapi tampak menikmati setiap kegiatan dilaksanakan. Apalagi selama di Masjid Kampung Hulu, setiap mahasiswa mendapat tugas untuk menyiapkan tulisan dengan ketentuan sudah ditentukan dalam buku pedoman. Tinggal mengumpulkan bahan dan menjadikan tulisan. Insyaallah jadi sebuah buku, buat kenangan selama di Masjid Kampung Hulu. Semoga.  ***



0 Response to "LANGIT MELAKA (SEBUAH NOVEL PERJALANAN)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel