‘LANGIT MELAKA’ (SEBUAH NOVEL PERJALANAN)
Bab 1:
Kedatangan di Melaka
Langit Melaka tampak cerah saat kapal laut yang membawa rombongan mahasiswa dan dosen dari Indonesia akhirnya tiba di Pelabuhan Internasional Melaka. Perjalanan dari Pelabuhan Internasional Dumai ke Melaka memakan waktu sekitar 2,5 jam dengan laut yang sedikit bergelombang. Beberapa mahasiswa mengalami mabuk laut, namun semangat mereka tidak surut sedikitpun. Tim KKN internasional ini terdiri dari 35 mahasiswa dan 5 dosen yang siap menjalani pengalaman baru yang penuh tantangan dan petualangan.
Bagi beberapa
mahasiswa, ini adalah kunjungan pertama mereka ke Kota Melaka. Sementara
beberapa dari mereka sudah pernah berlibur ke sini bersama keluarga, banyak
yang baru kali ini menginjakkan kaki di kota ini. Bagi mereka, hari ini menjadi
catatan sejarah pribadi yang tak terlupakan. Rasa lelah dan mabuk laut seolah
terobati begitu melihat kota Melaka dari Selat Melaka. Dalam hitungan menit, kapal
yang mereka tumpangi memasuki Sungai Melaka, tempat kapal akan bersandar.
Di dalam kapal,
mahasiswa dibagi menjadi dua kelompok: satu di ruang VIP dan satu di ruang
biasa. Hari ini merupakan momen bersejarah bagi mereka. Selama 10 hari ke
depan, mereka akan terlibat dalam sejumlah kegiatan KKN Internasional yang
telah dirancang, termasuk kolokium internasional di Kampus Bandar UITM Melaka,
Kuliah Duha di Masjid Kampung Hulu, bimbingan teknis (bimtek) tentang
pengelolaan wakaf, dan Bimtek Falakiyah di Komplek Falak Al-Khawarijmi, Tanjung
Bidara, Melaka. Di sini, mereka akan mempraktikkan penggunaan teropong,
menentukan masuknya bulan, dan mengenal benda-benda langit pada malam hari.
Setelah itu, mereka akan kembali ke Pelabuhan Internasional Melaka dan bersiap
untuk pulang ke Pelabuhan Internasional Penumpang Dumai, Riau, Indonesia.
Adapun nama-nama
peserta mulai dari dosen hingga mahasiswa dari dua kampus yang mengikuti Kuliah
Kerja Nyata (KKN) Internasional dengan tema Khazanah Islam Pesisir Selat Melaka
yaitu Institut Agama Islam Tafaqquh Fiddin (IAITF) Dumai dan Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau berkolaborasi dengan Perhimpunan
Ilmuan Pesisir Selat Melaka (PIPSM), UITM Melaka, dan Masjid Kampung Hulu
Melaka adalah sebagai berikut: Dr. H. Ahmad Rozai Akbar, Dr. H. M. Rizal Akbar,
M.Phil, Dawami, M.I.Kom, Muhammadrid Firdaus, M.H, Tengku Mahesa Khalid, M.M,
Dr. Dian Ok Putra, Lestary Fitriany, M.E, Eka Pandu Cynthia, S.T., M.KOM, Nini
Nursima, S.Pd, Nur Hafizah, S.Pd, Shazrima, S.Pd, Vinniola Hijriani Nur Asy
Syams, S.T, Ahmad Fauzi Sibarani, Ahmad Qayyis, Anggun Putri Andari, Anisa
Jaasyah, Annisa Shalshabilla, Arfan Affandi, Dwi Damayanti, Fadhilah Humairah,
Fadillah Anggun Soleha, Farah Aafiyah Hanan, Feby Jolindra Ilham, Jenny
Anjlyna, Kartini, Kurnia Ningsih, Melda Yanti, Mhd. Afif Syafrian, Muhammad Anzas
Satria, Muhammad Arif Aditya, Muhammad Iqbal, Muhammad Reski, Muhammad Rizky
Batuah, Nur Fitri Afifah, Nurlaila Sapitri, Rani Novita Sari, Silvira Hafsyah,
Suryana, Syafrizal Latif, Taufiq Fhadillah Nainggolan, Uswatun Hasanah, Wan
Azandita Zaky, dan Yoga Natadisastro.
Sesampainya di
pelabuhan, mereka disambut oleh dosen dari UITM Melaka yang telah menunggu
kedatangan mereka. Setelah mengisi paket pulsa Malaysia untuk keperluan
komunikasi, mereka melanjutkan perjalanan menuju Hotel Cara Hulu, yang
didirikan dan dikelola dengan dana wakaf dari Masjid Kampung Hulu Melaka,
menggunakan bus.
Di dalam bus,
sopir bercerita tentang makanan-makanan enak di Melaka, terutama di sepanjang
Sungai Melaka yang indah. Ia merekomendasikan es durian Kampung Hulu dan
berbagai makanan lezat lainnya yang membuat orang ingin kembali ke Melaka.
Cerita ini semakin menambah semangat para mahasiswa untuk mengeksplorasi kota
ini.
Setibanya di
hotel, makanan tersedia sebagai pengganjal makan siang bagi para mahasiswa.
Setelah makan, mahasiswa beristirahat di kamar masing-masing, dengan satu kamar
untuk tiga orang dan satu kamar untuk dua orang. Jenny, Lala, dan Dwi berbagi
satu kamar, sementara Yoga, Tuah, dan Pauzi berada di kamar lain.
Selama
perjalanan menuju hotel, mereka mendapatkan informasi menarik tentang sejarah
Melaka. Sejarah pendirinya, Parameswara, semakin membuat mahasiswa tertarik
untuk menggali sejarahnya, termasuk bagaimana kepemimpinannya, kejayaannya, dan
akhirnya takluk di tangan Portugis.
Selain itu,
mereka juga mendengar tentang sejarah Masjid Kampung Hulu yang dilindungi
UNESCO. Masjid ini sudah berusia ratusan tahun dan termasuk dalam masjid tua di
Melaka. Kisah perjuangan seorang ulama besar dari Aceh, Samsudin Al Sumaterani,
yang kuburannya berada di Kampung Ketek tidak jauh dari Masjid Kampung Hulu
Melaka, semakin menambah kekaguman mereka terhadap kota ini.
Jenny, yang
biasanya lebih suka menyendiri, menemukan dirinya menikmati kebersamaan dengan
timnya. Lala dan Yoga terlihat semakin dekat, sementara Tuah dan Pauzi sibuk
mendiskusikan strategi untuk kegiatan KKN mereka. Riski, seperti biasa, makin
percaya diri dari suaranya yang merdu untuk menjadi muazim dipercaya oleh tok
imam masjid dan dibimbing oleh tok bilal.
Langit malam
Melaka dipenuhi bintang-bintang, seolah-olah memberikan restu kepada mereka.
Sepuluh hari ke depan akan penuh dengan petualangan, tantangan, dan mungkin,
cinta yang mulai tumbuh di antara mereka.
***
Bab 2: Sambutan
di Melaka
Setibanya di
Pelabuhan Internasional Melaka, suasana hangat segera terasa ketika rombongan
IAITF Dumai disambut oleh Dr. Zhia, Ustazh Iza, dan rekan-rekan lainnya dari
UITM Melaka. Dari kejauhan, keramahan dan keakraban mereka sudah terpancar,
menyambut dengan senyum yang tulus saat para mahasiswa dan dosen melintasi
pintu pemeriksaan imigrasi.
Dr. Zhia, dengan
sikap ramahnya yang khas, selalu menjadi sosok pertama yang menyambut setiap
kedatangan tim dari IAITF Dumai. Ia telah menjalin silaturahmi yang kuat dengan
mereka, dan hubungan baik ini terus dipupuk melalui berbagai kegiatan tridarma
perguruan tinggi.
Ustazh Iza,
seorang gadis Melayu yang anggun dan penuh senyum, hadir mendampingi Dr. Zhia.
Ia selalu tampil sederhana namun elegan dalam balutan baju Melayu, mencerminkan
citra seorang gadis Melayu yang ideal. Tinggi badannya mungkin tidak bisa
dikatakan semampai, tetapi posturnya yang ideal semakin menambah pesona
dirinya.
Selama kami di
Melaka, adalagi sosok lain selalu kami memanggilnya Prof S, seorang
tokoh kebapakan yang dihormati oleh semua orang di UITM Melaka. Dengan
kebijaksanaan dan pengalaman yang ia miliki, Prof S. sering kali menjadi
panutan bagi para dosen muda dan mahasiswa. Kehadirannya memberikan rasa tenang
dan percaya diri bagi tim KKN. Apalagi
kehadirannya selalu didukung sosok lainya seperti Dr. Zaid, yang dikenal tenang
dan penuh tanggung jawab, serta Dr. Taufik, Direktur Pasca Sarjana yang menjadi
kunci kesuksesan program KKN Internasional, juga menambah rasa percaya diri dan
semangat tim IAITF Dumai.
Dr. Taufik dan
Dr. Zaid selalu bekerja sama, didampingi oleh Dr. Azat, seorang yang ahli dalam
ilmu hadis dan Ustad Koyum serta Dr. Fahmi, anak muda yang pakar dalam bidang
tasawuf, ikut memberikan kontribusi penting dalam menjaga keunggulan dunia
pendidikan di Melaka. Mereka adalah orang-orang hebat yang akan mendampingi dan
membimbing kami selama di Melaka.
Setelah berfoto bersama untuk mengabadikan momen penting ini, bus yang sudah standby di halaman luar pelabuhan siap mengantar kami ke hotel. Perjalanan ini bukan hanya sekedar program akademik, tetapi juga simbol dari eratnya hubungan persahabatan antara dua institusi ini, yang terus berkembang dari waktu ke waktu. ***
Bus
yang membawa rombongan dari Pelabuhan Internasional Melaka mulai bergerak,
meninggalkan pelabuhan menuju Hotel Cara Hulu. Sepanjang perjalanan, suasana di
dalam bus penuh dengan antusiasme. Mahasiswa yang baru pertama kali
menginjakkan kaki di Melaka terlihat sibuk menikmati pemandangan kota yang kaya
akan sejarah ini. Gedung-gedung tua yang berdiri megah di sepanjang jalan
seakan membawa mereka ke masa lalu, mengingatkan akan kejayaan Melaka sebagai
pusat perdagangan yang pernah berjaya di masa lalu.
Prof.
S, seorang yang sangat kebapakan dan dihormati oleh para mahasiswa, duduk di
kursi depan bersama Dr. Zhia. Mereka terlibat dalam percakapan ringan tentang
rencana kegiatan yang telah disusun untuk 10 hari ke depan. Suara Prof. S yang
tenang dan bijaksana selalu menjadi penenang di setiap situasi, membuat suasana
dalam bus terasa nyaman dan penuh semangat.
Di tengah perjalanan, Dr. Zhia menjelaskan kepada para mahasiswa tentang pentingnya kerjasama antara IAITF Dumai dan UITM Melaka. Ia menyampaikan bahwa hubungan ini bukan hanya sebatas kegiatan akademik, tetapi juga upaya untuk membangun sinergi yang lebih kuat di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. "Kita tidak hanya belajar dari buku dan dosen, tetapi juga dari kebersamaan ini. Setiap interaksi, setiap senyuman, itu adalah bagian dari ilmu," ujarnya dengan senyum hangat.Ustazh Iza, dengan senyum manisnya, ikut menambahkan bahwa kegiatan KKN Internasional kali ini tidak hanya akan memberikan pengalaman berharga, tetapi juga kesempatan untuk
pemahaman tentang nilai-nilai Islam di wilayah pesisir Selat Melaka. "Kita akan belajar bagaimana masyarakat di sini mengelola wakaf, menjaga tradisi, dan memanfaatkan ilmu pengetahuan untuk kemaslahatan umat," katanya dengan nada yang lembut namun tegas.
Dr. Taufik, yang
duduk tak jauh dari mereka, turut menimpali dengan penjelasan singkat tentang
agenda utama kegiatan. Kolokium internasional yang akan diadakan di Kampus
Bandar UITM Melaka menjadi salah satu puncak kegiatan. "Ini adalah
kesempatan kita untuk berbagi pengetahuan, berdiskusi tentang isu-isu terkini
di dunia Islam, dan mempererat hubungan antar perguruan tinggi," kata Dr.
Taufik dengan penuh semangat.
Sesampainya di
Hotel Cara Hulu, para mahasiswa dan dosen segera disambut dengan keramahan
pihak hotel. Hotel ini, yang dikelola dengan dana wakaf Masjid Kampung Hulu,
menjadi tempat yang ideal bagi mereka untuk beristirahat dan bersiap-siap
menghadapi kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan. Di lobi hotel, terdapat
nuansa arsitektur klasik Melayu yang memberikan kesan hangat dan menyambut bagi
setiap tamu yang datang.
Setelah
check-in, para mahasiswa dan dosen menuju kamar mereka masing-masing. Mereka
membutuhkan istirahat setelah perjalanan panjang dan melelahkan. Namun,
semangat yang membara dalam diri mereka membuat rasa lelah seakan sirna. Jenny,
Lala, dan Dwi yang sekamar, tak henti-hentinya bercerita tentang antusiasme
mereka untuk mengeksplorasi kota Melaka. Begitu juga dengan Yoga, Tuah, dan
Pauzi, yang di kamar sebelah mulai merencanakan kegiatan esok hari.
Riski, yang
selalu membawa ketenangan dengan suaranya yang merdu, memutuskan untuk
beristirahat sejenak sebelum nanti malam mengumandangkan azan di Masjid Kampung
Hulu. Sementara Taufik, meskipun dengan kondisi kakinya yang masih belum pulih
sepenuhnya, merasa bersyukur telah sampai dengan selamat dan siap untuk
menjalani pengalaman berharga ini.
Malam itu,
suasana Melaka yang damai seolah menyambut mereka dengan tangan terbuka. Cahaya
lampu jalan yang memantul di permukaan Sungai Melaka memberikan pemandangan
yang menenangkan. Ini adalah awal dari sebuah perjalanan yang tidak hanya akan
memperkaya pengetahuan mereka, tetapi juga akan mempererat hubungan mereka
dengan kota Melaka dan masyarakatnya.
Dalam keheningan
malam, para mahasiswa dan dosen mempersiapkan diri untuk hari esok, di mana
tantangan dan petualangan baru sudah menanti. Langit Melaka yang dihiasi
bintang-bintang seakan berbisik bahwa mereka telah tiba di tempat yang penuh
dengan sejarah, ilmu, dan persahabatan yang abadi.
0 Response to "‘LANGIT MELAKA’ (SEBUAH NOVEL PERJALANAN)"
Posting Komentar