Teori Kesempurnaan Media (Media Richness Theory)
MEDIA Richness Theory atau teori kesempurnaan media merupakan teori media yang paling awal dan paling mewakili contoh teori kapasitas media, yang menekankan bahwa pertemuan antar kerancuan tugas dan kesempurnaan suatu saluran komunikasi adalah kunci untuk para manajer untuk mencapai efektifitas komunikasi.
Tokoh yang merumuskan teori ini adalah dua orang yang ahli dalam organisasi yaitu Richard L Daft dan Robert H Lengel. Daft telah mengarang lebih dari 12 judul buku dan bukunya yang paling laris adalah Organization Theory and Design. Sedangkan Robert. H. Lengel adalah seorang konsultan organisasi yang telah menangani konsultasi tentang berbagai macam organisasi.
ULASAN
Analisisnya dimana teori ini berasumsi bahwa jika tingkat kerancuan pesan dalam organisasi cukup tinggi, kita harus memilih jenis media komunikasi mana yang sesuai dengan hal tersebut. Teori kesempurnaan media menempatkan media pada suatu rangkaian berdasar pada kesempurnaan mereka. Sebagai contoh, percaakaapan face to face adalah media yang paling kaya. Pengirim menerima umpan balik dengan segera dan seberapa baik penerima dalam mendengar dan memahami pesan tersebut. Ketika bahasa tubuh, ekspresi wajah, atau isyarat lisan dari penerima menandakan adanya kebingungan atau merasa tidak tertarik dengan pembicaraan yang memperjelas pesan, atau meminta umpan balik pada si penerima.
Dalam teori ini menggunakan empat ukuran-ukuran untuk menggolongkan media organisatoris dalam kaitan dengan daya dukung informasi : 1. The speed of feedback; (kecepatan menghantarkan umpan balik/umpan balik dapat didapatkan secara sekejap).
The capacity to carry multiple cues, such as verbal and nonverbal cues; (kapasitas untuk menghantarkan berbagai bentuk simbol, baik simbol verbal dan non verbal). 3. The ability to use natural language; (kemampuan (kualitas) pengunaan sealami bahasa aslinya).The degree of personal focus (tingkat hubungan personal). Kemampuan media untuk mengantarkan perasaan personal dan emosi dari pihak-pihak yang berkomunkasi. Setiap media memiliki tingkatan yang berbeda soal fokus pribadi, khususnya ketika sebuah media menggabungkan perasaan pribadi dan emosi, pesan akan tersampaikan dengan baik.
Teori Media Richness memandang media komunikasi berdasarkan kemampuan media untuk menyampaikan informasi. Fokus teori media richness ini adalah pada kemampuan media untuk memberikan umpan balik (feedback), isyarat non verbal, menjaga keutuhan pesan, dan menyajikan ekspresi emosi. Menurut teori kesempurnaan media ini, jika tingkat kerancuan pesan 55 tinggi (sulit dipahami) dalam organisasi, maka gunakanlah media komunikasi yang paling kaya yaitu komunikasi face to face.
Komunikasi face to face disebut kaya karena dapat memungkinkan terjadinya feedback dengan segera, selain itu informasi yang disampaikan pun tidak hanya informasi yang bersifat verbal, namun juga non-verbal. Berbeda dengan media komunikiasi yang disebut miskin seperti e-mail atau surat-menyurat yang tidak menghasilkan feedback dengan segera dan informasi yang disampaikannya pun hanya bersifat verbal (tulisan) saja. Pesan yang memiliki tingkat kerancuan rendah (dapat dengan mudah dipahami) dapat dikomunikasikan dengan media yang miskin atau tidak sempurna seperti surat menyurat yang bersifat tertulis. Teori ini juga mengatakan jika menggunakan media komunikasi yang miskin akan membawa organisasi ke arah penurunan mutu keluarannya (output). ***
*Dawami, Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Komunikasi Fisip UNRI Pekanbaru
0 Response to "Teori Kesempurnaan Media (Media Richness Theory) "
Posting Komentar