Gonyeh



 MENDENGAR nama Gonyeh saat pertama sekali tiba di Pulau Rupat maka ada sebuah kekuatan dari otentik dan memiliki kekhasan dalam kekuatan mengambarkan identitas dari suatu tempat, kampung, masyarakat dan daerah. 

Arti sebenarnya pun, masih memiliki multi tafsir. Bisa diartikan menyental, bisa menyental ikan yang akan dikeringkan atau menyental sagu yang akan diolah untuk menjadi sagu. Sedangkan kalau dilihat dari penyebutan dimana terdiri dari dua suku kata yaitu Go dan Nyeh. Dan juga memiliki arti yang lain. Walaupun bagi orang Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis yang jelas ketika disebutkan nama Gonyeh maka tertuju pada sebuah perkampungan dalam laluan peradaban Selat Melaka atau lebih tepatnya dipinggir selat yang membelah Pulau Rupat. Itulah, Selat Morong. 

Hari ini, perkampungan jalan laluan bagi anak suku Akit yang dulu dikenal dengan Gonyeh sudah masuk dalam sebuah desa pemekaran yaitu Desa Pangkal Pinang, Kecamatan Rupat.

Goyeh masa silam juga adalah sebuah perkampungan menjadi penghubung bagi sejumlah desa yang ditempati anak cucu dari Suku Akit. Dimana, mulai dari Hutan Panjang hingga Titi Akar dan menghala ke Sungai Cingam, Alohong serta Makeruh. Dan hari ini, perkampungan Gonyeh sudah memiliki insfrastruktur yang baik dalam arti diaspal. Sebagian sudah bisa dilalui mobil, sebagian lagi dilalui sepedamotor dan sebagian lagi hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki.

Gonyeh dalam arti strategis masuk dalam kawasan  memiliki makna geostrategis mulai dari dulu hingga saat ini. Alasannya, berada pada kawasan tengah pulau dan tidak hanya memiliki akses darat yang baik. Juga memiliki sebuah selat membelah Pulau Rupat yaitu Selat Morong sebagai garis sutra bagi anak cucu Suku Akit dalam melakukan banyak hal ikut mengisi dan membuat cerita dari orang pesisir pinggir pantai Timur Pulau Sumatera dalam kancah Tamadun Selat Melaka.

Dari jalur sutra laluan Selat Morong dan Gonyeh inilah melahirkan generasi pemberani anak Pulau Rupat menjalankan amanah Sultan Siak Sri Indrapura bernama Alohong. Tersebab keberanian dan ilmu lawan tanding yang khatam terlestarikan secara turun temurun sebagai anak pulau  dari zurit Suku Akit inilah membuat jangankan berhadapan maka mendengar namanya saja orang berpikir untuk singgah atau membuat masalah di pulau ini. ***

Penulis: Dawami S.Sos, M.I.Kom, Dosen IAITF Dumai


0 Response to "Gonyeh"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel