Paradigma Sosiologi dalam konteks Fenomena Pendidikan

 



Paradigma Sosiologi dalam konteks Fenomena Pendidikan


1. Pengertian Paradigma dalam Sosiologi

Paradigma adalah cara pandang atau kerangka berpikir yang digunakan untuk memahami, menafsirkan, dan menjelaskan realitas sosial. Dalam sosiologi, paradigma membantu kita melihat bagaimana individu, kelompok, dan lembaga berinteraksi serta bagaimana masyarakat berfungsi.
Dengan kata lain, paradigma adalah lensa teoritis yang menentukan bagaimana seorang sosiolog menafsirkan fenomena sosial.

Dalam konteks pendidikan, paradigma sosiologi membantu menjawab pertanyaan seperti:

  • Mengapa terjadi kesenjangan pendidikan?
  • Bagaimana sekolah membentuk perilaku sosial siswa?
  • Mengapa nilai dan norma tertentu diajarkan dalam sistem pendidikan?

2. Tiga Paradigma Utama dalam Sosiologi

a. Paradigma Fakta Sosial (Emile Durkheim)

  • Fokus: Struktur sosial, norma, dan institusi yang memengaruhi perilaku individu.
  • Anggapan Dasar: Individu bertindak karena ada kekuatan sosial di luar dirinya seperti aturan sekolah, kurikulum, budaya, dan nilai masyarakat.
  • Tujuan: Menjelaskan bagaimana sistem sosial menjaga keteraturan (tatanan sosial).
  • Tokoh utama: Emile Durkheim.

Dalam fenomena pendidikan:

  • Sekolah dipandang sebagai lembaga sosial yang berfungsi menjaga keteraturan masyarakat.
  • Nilai-nilai seperti disiplin, kerja sama, dan tanggung jawab ditanamkan agar siswa berperan sesuai harapan sosial.
  • Contoh: Upacara bendera, tata tertib sekolah, dan sistem penilaian akademik dianggap sebagai fakta sosial yang membentuk perilaku siswa.

Contoh konkret:
Durkheim meneliti bahwa pendidikan bertujuan menanamkan solidaritas sosial agar masyarakat tetap stabil.


b. Paradigma Definisi Sosial (Max Weber & George H. Mead)

  • Fokus: Makna subjektif yang diberikan individu terhadap tindakan sosial.
  • Anggapan Dasar: Untuk memahami masyarakat, kita harus memahami motif, niat, dan makna di balik tindakan manusia.
  • Tokoh utama: Max Weber, George Herbert Mead.
  • Metode: Pendekatan interpretatif atau verstehen (pemahaman mendalam).

Dalam fenomena pendidikan:

  • Proses pendidikan dipandang sebagai interaksi sosial yang penuh makna.
  • Guru dan siswa membangun pemaknaan terhadap pembelajaran, bukan sekadar mengikuti aturan.
  • Setiap siswa memiliki interpretasi berbeda terhadap pelajaran, guru, atau nilai-nilai yang diajarkan.

Contoh konkret:
Guru memahami bahwa siswa yang diam bukan berarti malas, bisa jadi ia takut salah atau kurang percaya diri.
Di sini, guru perlu memahami makna tindakan siswa, bukan hanya menilainya dari luar.


c. Paradigma Perilaku Sosial (Behavioral Sociology / Exchange Theory)

  • Fokus: Tindakan manusia dipengaruhi oleh imbalan dan hukuman sosial (reward & punishment).
  • Anggapan Dasar: Individu berperilaku tertentu karena ada konsekuensi sosial yang diharapkan.
  • Tokoh utama: B.F. Skinner (behaviorisme), George Homans (teori pertukaran sosial).

Dalam fenomena pendidikan:

  • Perilaku belajar siswa sering dipengaruhi oleh sistem penghargaan dan hukuman di sekolah.
  • Siswa yang mendapat pujian atau nilai tinggi akan cenderung mengulang perilaku positif, sedangkan yang dihukum akan menghindari perilaku negatif.
  • Guru menggunakan penguatan (reinforcement) untuk membentuk karakter dan disiplin siswa.

 Contoh konkret:
Guru memberikan bintang atau pujian bagi siswa yang disiplin, sementara siswa yang terlambat mendapat teguran. Ini adalah bentuk pengendalian sosial yang menumbuhkan perilaku diinginkan.


3. Hubungan Ketiga Paradigma dengan Fenomena Pendidikan

Paradigma

Fokus Utama

Tokoh

Implikasi terhadap Pendidikan

Fakta Sosial

Struktur dan norma sosial

Emile Durkheim

Sekolah berperan menjaga keteraturan sosial dan menanamkan nilai-nilai moral masyarakat.

Definisi Sosial

Makna dan interpretasi individu

Max Weber, G.H. Mead

Pendidikan dilihat sebagai proses interaksi bermakna antara guru dan siswa.

Perilaku Sosial

Respons terhadap imbalan dan hukuman

B.F. Skinner, George Homans

Pendidikan berfungsi membentuk perilaku melalui sistem penghargaan dan hukuman.


4. Kesimpulan

Paradigma sosiologi memberikan kerangka analisis untuk memahami berbagai fenomena pendidikan.

  • Paradigma fakta sosial menekankan struktur dan fungsi pendidikan dalam menjaga keteraturan sosial.
  • Paradigma definisi sosial menekankan interaksi dan makna dalam proses belajar-mengajar.
  • Paradigma perilaku sosial menyoroti bagaimana pendidikan membentuk perilaku melalui sistem reward–punishment.

Ketiganya tidak saling meniadakan, tetapi saling melengkapi dalam memahami kompleksitas pendidikan sebagai fenomena sosial.


 Penulis : Dr (Cand) Dawami S.Sos M.I.Kom, Dosen IAITF Dumai


Artikel ilmiah singkat berjudul:

Paradigma Sosiologi dalam Fenomena Pendidikan

Oleh: Dawami


Abstrak

Paradigma sosiologi memberikan kerangka berpikir dalam memahami fenomena pendidikan sebagai bagian dari kehidupan sosial. Tiga paradigma utama dalam sosiologi—fakta sosial, definisi sosial, dan perilaku sosial—menawarkan sudut pandang berbeda terhadap peran pendidikan dalam membentuk individu dan masyarakat. Tulisan ini membahas hakikat paradigma sosiologi serta relevansinya dalam memahami dinamika pendidikan, mulai dari struktur sosial sekolah hingga proses interaksi dan pembentukan perilaku peserta didik.

Kata kunci: paradigma sosiologi, pendidikan, fakta sosial, definisi sosial, perilaku sosial


Pendahuluan

Paradigma dalam sosiologi merupakan cara pandang atau kerangka teoritis yang digunakan untuk menafsirkan dan menjelaskan realitas sosial (Ritzer & Stepnisky, 2021). Paradigma membantu ilmuwan sosial memahami bagaimana individu dan kelompok berinteraksi dalam struktur masyarakat. Dalam konteks pendidikan, paradigma sosiologi berfungsi untuk menjelaskan bagaimana lembaga pendidikan tidak hanya menjadi tempat transfer ilmu, tetapi juga wadah pembentukan nilai, norma, dan karakter sosial siswa (Tilaar, 2020).

Dengan memahami paradigma sosiologi, para pendidik dapat melihat proses pendidikan dari tiga perspektif berbeda: bagaimana sistem sosial membentuk perilaku siswa, bagaimana makna dibangun dalam interaksi pembelajaran, serta bagaimana perilaku terbentuk melalui penguatan sosial.

Paradigma Fakta Sosial dalam Pendidikan

Paradigma fakta sosial diperkenalkan oleh Emile Durkheim, yang menekankan bahwa realitas sosial berada di luar individu dan memiliki kekuatan memaksa terhadap perilaku (Durkheim, 1982). Dalam dunia pendidikan, paradigma ini melihat sekolah sebagai lembaga sosial yang bertugas menanamkan nilai-nilai moral dan menjaga keteraturan sosial (Macionis, 2022).

Kurikulum, tata tertib, dan sistem evaluasi dianggap sebagai fakta sosial yang membentuk perilaku siswa. Misalnya, kegiatan upacara bendera, disiplin waktu, dan etika berpakaian merupakan bentuk internalisasi norma sosial yang memelihara solidaritas dan keteraturan di lingkungan sekolah. Pendidikan, menurut Durkheim, adalah sarana utama untuk menyiapkan individu menjadi anggota masyarakat yang berfungsi dengan baik.

Paradigma Definisi Sosial dalam Pendidikan

Paradigma definisi sosial, yang dikembangkan oleh Max Weber dan dilanjutkan oleh George Herbert Mead, menekankan pentingnya makna subjektif dalam tindakan sosial (Weber, 1947; Mead, 1934). Pendidikan dipahami bukan sekadar proses mekanis, melainkan interaksi sosial yang sarat makna antara guru dan peserta didik (Little, 2020).

Dalam kelas, setiap perilaku siswa memiliki makna tersendiri. Seorang siswa yang diam saat pembelajaran tidak selalu berarti tidak aktif, melainkan mungkin sedang berpikir atau takut salah. Guru yang memahami paradigma ini akan lebih empatik dan interpretatif dalam menilai perilaku siswa. Dengan demikian, pendidikan menjadi ruang dialog dan interaksi sosial yang menumbuhkan kesadaran, bukan hanya kepatuhan.

Paradigma Perilaku Sosial dalam Pendidikan

Paradigma perilaku sosial berakar pada teori behaviorisme (Skinner, 1953) dan teori pertukaran sosial (Homans, 1961). Paradigma ini menekankan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh imbalan (reward) dan hukuman (punishment) dari lingkungan sosial (Turner, 2021).

Dalam konteks pendidikan, paradigma ini tercermin dalam praktik penguatan perilaku di sekolah. Guru memberikan penghargaan bagi siswa berprestasi dan hukuman bagi yang melanggar aturan. Sistem nilai, sertifikat, dan pujian merupakan alat sosial untuk mengarahkan perilaku siswa ke arah yang diinginkan. Dengan demikian, pendidikan dipandang sebagai proses pembentukan perilaku sosial melalui sistem kontrol yang terstruktur.

Diskusi dan Sintesis

Ketiga paradigma sosiologi tersebut memberikan pemahaman yang komprehensif terhadap fenomena pendidikan.

  1. Paradigma fakta sosial menjelaskan pendidikan sebagai alat stabilisasi sosial.
  2. Paradigma definisi sosial menyoroti pentingnya makna dan interaksi.
  3. Paradigma perilaku sosial menekankan proses pembiasaan melalui penguatan sosial.

Dengan mengintegrasikan ketiga paradigma ini, proses pendidikan tidak hanya berorientasi pada keteraturan dan kepatuhan, tetapi juga pada pembentukan makna dan karakter. Guru yang memahami ketiganya akan mampu menyeimbangkan aspek kognitif, afektif, dan sosial dalam pembelajaran.

Kesimpulan

Paradigma sosiologi memberikan landasan penting dalam memahami pendidikan sebagai fenomena sosial yang kompleks. Paradigma fakta sosial menekankan pentingnya struktur dan norma; paradigma definisi sosial menggarisbawahi makna dan interaksi; sementara paradigma perilaku sosial berfokus pada pembentukan perilaku melalui reward dan punishment. Ketiganya saling melengkapi dan perlu dipahami secara integratif agar pendidikan mampu membentuk manusia yang berilmu, berakhlak, dan berdaya sosial.


Daftar Pustaka

Durkheim, E. (1982). The rules of sociological method. Free Press.
Homans, G. C. (1961). Social behavior: Its elementary forms. Harcourt Brace.
Little, W. (2020). Introduction to Sociology – 3rd Canadian Edition. BCcampus Open Education.
Macionis, J. J. (2022). Sociology (18th ed.). Pearson Education.
Mead, G. H. (1934). Mind, self, and society. University of Chicago Press.
Ritzer, G., & Stepnisky, J. (2021). Sociological theory (11th ed.). Sage Publications.
Skinner, B. F. (1953). Science and human behavior. Macmillan.
Tilaar, H. A. R. (2020). Paradigma baru pendidikan nasional. Rineka Cipta.
Turner, J. H. (2021). Theoretical sociology: 1830 to the present. SAGE Publications.
Weber, M. (1947). The theory of social and economic organization. Free Press.

 

 

0 Response to "Paradigma Sosiologi dalam konteks Fenomena Pendidikan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel