Jalur Sutera: Sejarah dan Posisi Indonesia

 





Jalur Sutera adalah jalur perdagangan internasional kuno dari peradaban China yang menghubungkan wilayah barat dan timur. Jalur tersebut mempertemukan pedagang dari barat dan timur untuk melakukan aktivitas perdagangan. 

Diambil dari buku The Silk Road in World History (2010) karya Xinru Liu, istilah jalur Sutera tidak pernah ditemukan dalam catatan sejarah China. Namun pada abad ke-18 peneliti asal Jerman, Von Ricthofen menamainya The Silk Road. 

Munculnya Jalur Sutera Jalur Sutera dihubungkan oleh pedagang, pengelana, biarawan, prajurit, dan nomaden dengan menggunakan karawan dan kapal laut. Jalur tersebut menghubungkan Chang'a, China dengan Antiokhia, Suriah, serta tempat lainnya. 

Pengaruh jalur tersebut terbawa hingga Korea dan Jepang. Jalur ini menjadi tonggak awal bertemunya peradaban-peradaban maju yang hidup zaman tersebut.  Sehingga keberadaan Jalur Sutera memiliki kejayaan pada masanya. Jalur Sutera tak hanya dikenal sebagai jalur perdagangan, melainkan juga dalam pertukaran budaya, agama, dan ilmu pengetahuan. 

Jalur Sutera terbagi menjadi dua, yaitu jalur utara dan selatan. Rute utara melewati Bulgar-Kipchak ke Eropa Timur dan Semenanjung Crimea. Dari situ menuju ke Laut Hitam, Laut Marmara, dan Balkan ke Venezia. 

Sedangkan rute selatan melewati Turkestan-Khorasan menuju Mesopotamia dan Anatolia, kemudian ke Antiokia di Selatan Anatolia menuju ke Laut Tengah atau melewati Levant ke Mesir dan Afrika Utara. 

Penamaan Jalur Sutera mengacu pada perdagangan sutera yang dilaukan para pedagang China di sepanjang jalan tersebut, semasa Dinasti Han di 206 Sebelum Masehi hingga 220 Masehi. Sutera hanya diproduksi di China. Oleh sebab itu China memonopoli produksi dan perdagangan sutera. Sehingga China menjadi pemain dominan dalam jalur tersebut. 

Perkembangan Jalur Sutera 

Meski sutera sebagai perdagangan terbesar dalam jalur tersebut, terdapat beberapa produk lain yang diperdagangkan. Seperti tekstil, rempah-rempah, biji-bijian, sayuran dan buah, kulit binatang, alat, pekerjaan kayu, pekerjaan logam, serta masih banyak lainnya. 

Rute-rute ini berkembang dari waktu ke waktu dan sesuai dengan pergeseran konteks geopolitik sepanjang sejarah. Misalnya, pedagang dari Kekaisaran Romawi untuk menghindari wilayah Parthia menggunakan rute ke utara. Rute tersebut melintasi wilayah Kaukasus dan melintasi Laut Kaspia. 

Sementara perdagangan yang luas terjadi melalui jaringan sungai yang melintasi stepa Asia Tengah. Namun, karena jaringan sungai tersebut memiliki tingkat air yang tidak sesuai, bahkan sering mengering maka rute perdagangan bergeser. 

Perdagangan maritim menjadi cabang lain yang sangat penting dari jaringan perdagangan global ini. Paling terkenal digunakan untuk pengangkutan rempah-rempah. Rute perdagangan maritim juga dikenal sebagai Spice Roads, yang memasok pasar di seluruh dunia dengan kayu manis, lada, jahe, cengkeh, dan pala dari pulau-pulau Maluku di Indonesia. Serta berbagai barang lainnya, seperti tekstil, kayu, batu mulia, logam, dupa, kayu, dan kunyit semuanya diperdagangkan oleh pedagang yang menempuh rute sepanjang 15.000 kilometer. Dari pantai barat Jepang, melewati pantai China, melalui Asia Tenggara, dan India untuk mencapai Timur Tengah dan seterusnya ke Mediterania. 

Posisi Indonesia 

Sejak abad pertama masehi, selain jalur perdagangan darat terdapat jalur perdagangan melalui laut. Rute yang sering dilalui oleh pedagang yang menghubungkan China dengan India melalui daerah Indonesia. Jalur yang melalui laut dari China dan Indonesia adalah Selat Malaka menuju India. Dari situ ada yang langsung ke Teluk Persia melalui Suriah ke Laut Tengah. 

Dari Laut Tengah ada yang menuju Laut Merah melalui Mesir dan sampai ke Laut Tengah. Indonesia melalui Selat Malaka terlibat perdagangan dalam hal rempah-rempah. Posisi strategis itu memiliki sumber daya alam yang berlimpah. Pada masa itu, rempah-rempah menjadi produk penting terutama di bagian Eropa untuk kepentingan masakan dan mengawetkan daging di musim dingin. Indonesia menjadi salah satu pusat perdagangan yang penting pada Jalur Sutera. 

Penghargaan UNESCO Dilansir dari situs resmi UNESCO, ditetapkan pada 22 Juni 2014 Jalur Sutera sepanjang 5.000 kilometer dari China hingga wilayah Zhetsyu di Asia Tengah sebagai situs warisan dunia (World Heritage Sites). Menurut UNESCO, jaringan jalan yang dibentuk oleh Jalur Sutera secara keseluruhan memiliki panjang hingga 35 ribu kilometer. Beberapa rute tersebut telah digunakan selama ribuan tahun. Aktivitas perdagangan di Jalur Sutera makin meningkat pada abad ke-2 Sebelum Masehi. Jalur ini terus dimanfaatkan perdagangan utama duni hingga abad ke-16.


0 Response to "Jalur Sutera: Sejarah dan Posisi Indonesia"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel