Dari Masjid Jamik India, UKM, UITM Shah Alam Hingga Ikan Bakar Petai Banjir (Bagian 1)

 


PENGALAMAN adalah guru paling berharga, tak dicoba maka tidak tahu dengan kesempatan, peluang dan tantangan. Soal tantangan pastilah ada dan pasti ada jalan untuk jadikan peluang. Soal kesempatan, tinggal bagaimana kita mengayuhnya sehingga menjadi peluang.

Perjalanan pagi ini, Kamis (15/06/2023), kami berdua yaitu saya dan pak Dr  akan ke Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), selanjutnya janji temu dengan Prof Nuh di rumahnya dan kemudian baru ke Balai Bahasa. Tengah sorenya, diundang ke Kampus UITM  Shah Alam, Selanggor, Prof S. (Salahudin Suyirno). Itulah, agenda dirancang pagi itu begitu keluar dari hotel tempat kami nginap di Kuala Lumpur, kawasan masjid Jamik India.

Pagi lagi, kami sudah turun hotel, sarapan pagi didepannya dengan makan nasi goreng, telor rebus, timun dan pakai sambal tanak bilis. Ditambah lagi dengan kopi tarik. Walaupun sebenarnya ada nasi lemak dan menu lainnya.

Usai makan sarapan pagi. Kami bertolak ke stesen ERT Masjid Jamik India. Kami pun menanyakan pada petugas hingga dapat informasi sehingga membeli koin tiket untuk digesek ke mesin dipintu. Tantangan baru datang yaitu wajib pakai masker dan kami cuma bawa 1 masker sehingga berputar-putar mau keluar mencari masker. Akhirnya, ada jalan keluar setelah bertanya pada petugas. Berselang itu, ditangga penurunan kami jumpa mamak menjual masker dengan harga 1 Rm. Kami pun kembali ke dalam dan melanjutkan ke Stesen Sentral KL dan jam pun sudah menunjukan pukul 07.40 pagi menunggu kereta (Kereta Api "Red).

Pada pukul 09.00 kami berangkat dari KTM Komuter dengan rajah laluan Seputeh, Salak Selatan, Bandar Tasik Selatan,  Serdang, Kajang, Kajang 2, UKM  Bangi.

Ya, UKM Bangi, kami pun sampai di Stesen UKM Bangi lalu menurun anak tangga dan berjalan kaki menuju jalan utama. Sebab taksi, tidak ada. Untuk menuju ke UKM kami harus menunggu Bus. Lebih kurang 5 menit perjalanan, kaki berhenti diperhentian  dengan lebih kurang 5 pelajar yang juga mau ke UKM. Jam ditangan pun sudah menunjukan pukul 09.50 di jalan raya terlihat arah jalan yaitu pintu 2 UKM hurup dibawah dan Bandar Baru Bangi serta Dengkil bertulis hurup putih dan warna biru.

Akhirnya, saya dibawa pak Dr ke Kampusnya saat menyelesaikan S2 Studi Pembangunan di UKM.  Kami pun berkeliling dan saya sangat tersanjung bisa juga sampai di kampus banyak orang di Indonesia bermimpi bisa kuliah disini dan termasuk juga saya. Pak Dr, bisa kuliah S2 disini dengan menyelesaikan gelar M.Phil.  Pak Dr pun, bercerita panjang lebar tentang kampus ini dan tentang bagaimana nostalgia bersama mahasiswa asal Indonesia dan khususnya dari Riau bisa menyelesaikannya. Tak terkecuali, saya juga dibawa ke kampusnya pak Rektor saat sama-sama kuliah di UKM. Dan menunjukan dimana tempat favorit ngopi pak Rektor di kampus. Tapi sayang bangunan tempat ngopi pak Rektor sudah tidak ada aktivitas lagi. Katanya, akibat dampak dari Covid 19 yang melanda. Saya juga sempat foto gaya-gaya dibeberapa tempat buat semangat untuk terus mencari, menggali ilmu dan belajar terus belajar. 

Puas berkeliling kampus UKM, kami teruskan perjalanan temu janji ke rumah Prof Nuh. Banyak pengetahuan di dapat dari prof ulung Malaysia ini, terutama pengetahuan visioner mengelola kampus, dunia akademik, sosial politik dan lainnya. Termasuk juga soal pendirian kampus Muhammadiyah di Malaysia, mulai dari proses hingga penetapan tempat kampusnya. Kami dilayani dengan baik dan pulang dia pun memberikan dua buah buku kepada kami masing-masing sebagai oleh-oleh.

Setelah pamitan dari rumah Prof Nuh, perjalanan kami teruskan dengan mencari rumah makan. Akhirnya, pilihan jatuh pada rumah makan dengan menu terpampang di papan iklannya adalah  ikan bakar petai banjir medan selera adikKu, Sg Tamal. Kami pun memesannya dengan ditambah 2 gelas air es sirup, 2 botol air mineral ukuran sedang dan dilanjutkan Shalat Zuhur. Soal menu ikan bakar petai banjir memang enak rasa, boleh dicoba atau diulang lagi kalau ke Kuala Lumpur. Kalau yang ini, keren namanya dan tak lari dari enak menunya.

Perjalanan hari ini, terus berlanjut dengan tak lama setelah itu handpone juga berbunyi. Dari siapa lagi, kalau bukan dari penyanyi Rock 90 an, Nasrul Amri dengan nama ngetopnya Poey Stings. Orang paling marah kalau kami ke Malaysia, tapi tak mengabarinya adalah dia. Termasuk hari ini, kami pun dijemputnya dan karena masih lama waktu janji ke UITM Syah Alam maka saya dan pak Dr dibawanya ke rumahnya. Kopi dan ubi gorong sudah siap di meja ruang tamu rumah pak Poeys, begitulah kami sampai di rumahnya. Tapi belum sempat duduk lama di rumah pak Poeys, Prof S sudah nelpon. Dengan segala pertimbangan jim (macet"red) maka kami pun terus ke Kampus UITM Syah Alam, Selanggor.

Azan Asyar pun berkumandang saat kami menuju ke Kampus Syah Alam. Kata Prof S, usahakan sebelum jam 5 petang sudah sampai kampus. Sebab jam 5.30 ada musyawarat. Tepat jam 5 kami sudah masuk di halaman parkir kampus Kontemporeri. Prof S sudah menunggu kami dan menyambut diteras kampus. Kamipun diajak ke ruang pertemuan dan sudah menunggu beberapa pengurusi UITM Syah Alam. Ramah tamah dan penuh keakraban sangat terlihat dalam pertenuan tersebut.

Dari pertemuan itu, banyak rencana bakal dikerjakan sebagai bagian dari kerjasama UITM dengan IAITF Dumai untuk kedepannya. Kedepannya tentulah terwujudnya IAITF Dumai sebagai kampus terunggul di pesisir Selat Melaka. Mulai 2023 kampus ini memiliki tagline #IAITFGOInternasional.  Guna mewujudkan ini maka IAITF Dumai bergandeng dengan Perhimpunan Ilmuan Pesisir Selat Melaka (PIPSM) dengan Prof S sebagai Presiden dan pak Dr sebagai Sekretaris Jenderal. Melalui PIPSM ini kami bisa mengayuh lebih jauh hingga kawasan Asia Tenggara. Asia dan antar benua. INSYAALAH.



0 Response to "Dari Masjid Jamik India, UKM, UITM Shah Alam Hingga Ikan Bakar Petai Banjir (Bagian 1)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel