Guru yang Cerdas di Era Inovasi Disruptif



MENGHADAPI revolusi industri keempat merupakan era inovasi disruptif. Artinya,  di mana inovasi berkembang sangat pesat, sehingga mampu membantu tercipatanya pasar baru. Inovasi ini juga mampu mengganggu atau merusak pasar yang sudah ada dan lebih dahsyat lagi mampu menggantikan teknologi yang sudah ada.

Dunia pendidikan sepertinya tidak bisa terlepas dari pengaruh perkembangan teknologi di era Industri 4.0 ini, jika kita tidak ingin menyebut revolusi industri. Perkembangan informasi dan komunikasi teknologi yang semakin masif dan cepat dewasa ini harus diakui telah memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap dunia pendidikan.

Oleh sebab itu, guna bisa menjawab tantangan yang besar tersebut maka pendidikan dituntut untuk berubah juga. Termasuk pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, hingga pendidikan tinggi. Era pendidikan yang dipengaruhi oleh revolusi industri 4.0 disebut Pendidikan 4.0 dan sudah pula masuk era Socety 5.0. 

Dalam arti kata, Pendidikan 4.0 merupakan pendidikan yang bercirikan pemanfaatan teknologi digital dalam proses pembelajaran atau dikenal dengan sistem siber (cyber system). Sistem ini mampu membuat proses pembelajaran dapat berlangsung secara kontinu tanpa batas ruang dan batas waktu.

Seiring dengan hal ini guru dituntut untuk terus berinovasi dan menguasai teknologi informasi sehingga dapat menyeleraskan dengan perkembangan teknologi informasi yang berkembang begitu cepat dan pesat. Adapun  kompetensi yang dibutuhkan dalam era Pendidikan 4.0 adalah pertama, keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and problem solving skill). Kompetensi ini sangat penting dimiliki peserta didik dalam pembelajaran abad 21. Guru harus mampu meramu pembelajaran sehingga dapat mengeksplor kompetensi ini dari diri peserta didik.

Kedua, keterampilan komunikasi dan kolaboratif (communication and collaborative skill). Sebagai satu kompetensi yang sangat dibutuhkan dalam abad 21, keterampilan ini harus mampu dikonstruksi dalam pembelajaran. Model pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi harus diterapkan guru guna mengkonstruksi kompetensi komunikasi dan kolaborasi. Ketiga, keterampilan berpikir kreatif dan inovasi (creativity and innovative skill). Revolusi industri mengharuskan peserta didik untuk selalu berpikir dan bertindak kreatif dan inovatif. Tindakan ini perlu dilakukan agar peserta didik mampu bersaing dan menciptakan lapangan kerja berbasis industri.

Keempat, literasi teknologi informasi dan komunikasi (information and communication technology literacy). Literasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) menjadi kewajiban bagi guru. Literasi TIK harus dilakukan agar tidak tertinggal dengan peserta didik. Literasi TIK merupakan dasar yang harus dikuasai guru agar mampu menghasilkan peserta didik yang siap bersaing dalam menghadapi revolusi industri 4.0.

Kelima, contextual learning skill. Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang sangat sesuai diterapkan guru. Jika guru sudah menguasai literasi TIK, maka pembelajaran kontekstual era pendidikan 4.0 lebih mudah dilakukan. Kondisi saat ini TIK merupakan salah satu konsep kontekstual yang harus dikenalkan oleh guru. Materi pembelajaran banyak kontekstualnya berbasis TIK sehingga guru  sangat tidak siap jika tidak memiliki literasi TIK. Materi sulit yang bersifat abstrak mampu disajikan menjadi lebih riil dan kontekstual menggunakan TIK.

Dan keenam, literasi informasi dan media (information and media literacy). Banyak media infromasi bersifat sosial yang digandrungi peserta didik. Media sosial seolah menjadi media komunikasi yang ampuh digunakan peserta didik dan guru. Media sosial menjadi salah satu media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan guru. Kehadiran kelas digital bersifat media sosial dapat dimanfaatkan guru, agar pembelajaran berlangsung tanpa batas ruang dan waktu.

Guru harus siap menghadapi era pendidikan 4.0 meskipun disibukkan oleh beban kurikulum dan administratif yang sangat padat. Jika tidak, maka generasi muda kita akan terus tertinggal dan efeknya tidak mampu bersaing menghadapi implikasi Revolusi Industri 4.0. Guru untuk terus meningkatkan kompetensi menuju guru 4.0. 

Walaupun memang perlu kita akui, Indonesia tergolong lambat dalam merespon revolusi industri 4.0 dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Sistem pendidikan 4.0 baru bergaung kencang dalam tahun ini. Oleh karena itu, pemerintah harus menyediakan fasilitas yang memadai dalam menyongsong era Pendidikan 4.0.

Sebagai garda terdepan dalam dunia pendidikan, guru harus meng-upgrade kompetensi dalam menghadapi era Pendidikan 4.0. Peserta didik yang dihadapi guru saat ini merupakan generasi milenial yang tidak asing lagi dengan dunia digital. Peserta didik sudah terbiasa dengan arus informasi dan teknologi industri 4.0. Ini menunjukkan bahwa produk sekolah yang diluluskan harus mampu menjawab tantangan industri 4.0.

Apalagi mengingat tantangan yang besar tersebut, maka guru harus terus belajar meningkatkan kompetensi sehingga mampu menghadapi peserta didik generasi milenial. Jangan sampai timbul istilah, peserta didik era industri 4.0, belajar dalam ruang industri 3.0, dan diajarkan oleh guru industri 2.0 atau bahkan 1.0. Jika ini terjadi, maka pendidikan kita akan terus tertinggal dibandingkan negara lain yang telah siap menghadapi perubahan besar ini. Kualitas guru harus sesuai dengan performa guru yang dibutuhkan dalam era industri 4.0. Penulis menyebut guru yang memiliki kualitas seperti tersebut sebagai guru 4.0.

Dan kalaulah bisa diartika maka era pendidikan 4.0 merupakan tantangan yang sangat berat dihadapi guru. Jack Ma (CEO Alibaba Group) dalam pertemuan tahunan World Economic Forum menyatakan bahwa pendidikan adalah tantangan besar abad ini. Jika tidak mengubah cara mendidik dan belajar-mengajar, maka 30 tahun mendatang kita akan mengalami kesulitan besar. Pendidikan dan pembelajaran yang sarat dengan muatan pengetahuan mengesampingkan muatan sikap dan keterampilan sebagaimana saat ini terimplementasi akan menghasilkan peserta didik yang tidak mampu berkompetisi dengan mesin.

Oleh karena itu, guru harus mengurangi dominasi pengetahuan dalam pendidikan dan pembelajaran dengan harapan peserta didik mampu mengungguli kecerdasan mesin. Pendidikan yang diimbangi dengan karakter dan literasi menjadikan peserta didik akan sangat bijak dalam menggunakan mesin untuk kemaslahatan masyarakat.

Era pendidikan 4.0 merupakan jawaban atas terjadinya revolusi industri 4.0. Guru 4.0 sangat dibutuhkan dalam menghadapi era pendidikan 4.0. Bagaimana menjadi guru 4.0? Pertanyaan ini sangat penting dijawab agar guru mampu meningkatkan kompetensi menuju guru 4.0. Guru 4.0 memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam mendidik peserta didik menghadapi Revolusi Industri 4.0. Guru 4.0 merupakan guru yang mampu menguasai dan memanfaatkan teknologi digital dalam pembelajaran. Oleh karena itu, guru yang cerdas di era pendidikan 4.0 adalah modal utama bagi dunia pendidikan Indonesia kedepannya. ***

*dawami bukitbatu


0 Response to "Guru yang Cerdas di Era Inovasi Disruptif"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel